MISTERI JALAN TIKUS

Misteri Jalan Tikus Jalanan tikus dengan aliran seokan yang menambah aromanya, ya aku hanya memandangi tempat itu dari jauh tanpa berani aku mendekati tempat itu, setiap pagi aku memandangi tempat itu sampai akhirnya mataku tak dapat lagi memandang tempat itu, aku melihat selalu ada manusia yang masuk dan keluar dari tempat itu aku yakin tempat itu bukanlah jalanan tikus yang biasa, jujur sebenarnya aku benar-benar ingin mencari tahu tempat apakah itu? Ada apa di tempat itu? Namun aku tak yakin aku bias masuk kedalam tempat itu, karena aku selalu ingat kata-kata orang tentang orang-orang yang ada di dalam tempat itu. Namun sampai suatu sore aku mengjak kawanku uantuk membeli makanan kesukaan kita, GEMLONG itulah makanan yang biasa aku dan kawanku beli didekat rel kereta api tepat dibelakang sekoah kami. “ver udah lama ya kita nga beli gemlong, kesana yuk!” ajak pada kawanku “ah bener tuh ayo ayo” saut vero dengan sangat antusias Sampai di sana aku membeli 4 buah gomlong seharga Rp2000,00 rupiah tak banyak memang hanya seporsi kami berdua, setelah itu aku dan kawanku berjalan menuju sebrang rel kereta api tempat tunggu puluhan angkot yang menunggu para penumpang. Namun aku bingung ketika aku melihat segerombolan manusi berkumpul dekat rel kereta api, aku bingung ada apa itu? Akhirnya aku mendekat ketempat itu dan yang kulihat disana dadalah seorang kakek tua dengan biolah di tangannya orang bilang kakek itu hendak menabrakan diri pada kereta api yang hendak lewat, namun yang aku bingung mengapa orang-orang malah hanya melihat kakek tua itu tanpa membawanya kesamping, namun akhirnya aku pergi mendekati kakek itu berlahan aku sapa ian dan kukatakan padanya“kakek….kakek!” sapa ku padanya namun seakan tak menghiraukanku ia samasekali tak menjawab sapaaku namun kembali ku sapa “kakek,,,, kakek ada apa disini?” Tanya kupada kakek tua itu, mata tajam yang akhirnya mengarah padaku, kukura ia mulai terganggu dengan keberadaan ku disampingnya, namun aku tetap tersenym dadanya aku benar-benar tersentak ketika kakek itu tiba-tiba berteriak kearah ku.“ untuk apa aku hidup istri ku sudah tiada anaku pergi meninggalkan ku” lalu ia menangis aku melihat ia bukan seperti leleki tua yang tegar namun seperti bayi yang butuh kasih sayang dan kehangatan cinta. Sepontan aku hapus air mata kakek itu yang sudar terlanjur membasahi pipinya lalu aku bawa kakek itu pergi kesamping dekat segrombolan orang yang melihat kami. Lalu aku meminnta secangkir air teh hangat pada ibu penjaga warung dan kuberikan pada kakek tua itu “kakek ini” ke berikan cangkir teh itu padanya. Sejenak kekek itu menatap ku melihat ku seperti melihat sesuatu yang hilang dan kembali saat itu. Dan hati ku tiba-tiba tersentak ketika tiba-tiba kakek tua itu memeluku dan menangis dibahuku, fikirku bercampur antara binggung dan dan takut karena ia adalah kakek yang sama sekali tak ku kenal. Namun jujur saat kakek itu memelukku aku pun merasakan nyaman dengan pelukannya karena tak pernah sebelumnya aku aku merasakan sentuhan bahkan pelukan dari kakek ku sendiri. setelah kejadiaan itu aku tak berani bertanya pada kakek tua itu mesetelah melihatnya cukup tenang aku meninggalakannya dan ku titipkan kakek itu pada kawn-kawan jalanannya. Dan akhirnya aku pun berjalan bersama kawanku menuju tempat angkot yang akan kami naiki, kawanku masih terlihat amat bingung dan kaget dengan mungkin ia berfikir bahwa mengapa orang seacuh aku bias berlaku sepeduli itu pada orang yang sama sekali tak ku kenal tanpa banyak kata aku rangkul ia yang masih terlihat bingung dank u bertanya “mengapa?” lalu ia pun menjawab“kok bisa sih?” Aku tak menjawab pertanyannya aku hanya tersenym dan berkata“aku manusia biasa yang memiliki hati sama sepertimu” sembari meninggalkannya Keesokan harinya jujur aku masih amat penasaran pada kakek tua itu dan akhirnya aku memberanikan diri untuk mencoba menemuinya kembali di tempat yang sama, ternyata aku benar-benar beruntung kakak tua itu ada tepet disebrang rel kereta api yang kulihat disana ia hanyalah duduk sembari menggesekan biola yang ia miliki, lalu aku mendekati kakek itu kusapa ia dan berkata“selamat siang kakek”Kakek itu sangat terperanga dengan kedatanganku ketempetnya namuan ia tetep tersenyum sembari melihat ku dan bertenya “ada apa adik kemari?”Aku tak memjawab pertanyaannya aku hanya menjawabnya dengan senyuman manisku. “kakek pintar bermain biola” kakek itu tetap tersenyum sembari memainkan alunan biola yang ia miliki gesekan demi gesekan yang menghasilkan suara yang amat indah. Setelah ia selesai memainkan satu buah lagu dari biolnya akhirnya ia terdiam sejenak dan akhirnya ia menceritakan temtang kehidupannya pada ku, dari situ aku sarad bahwa ternyata ada manusia yang kehidupannya lebih naas dari kehidupanku. Setelah ia selesai menceritakan kehidupannya padaku lalu ia mengajak ku ketempat yang pernah ia ceritakan sebelunnya pada ku, sebelumnya seperti ada bisaikan bahwa aku harus ikut ketempat itu namun disisilain aku selalu teringat ibuku yang selelu khawatir dengan kelaluan anaknya tapi sebenarnya aku pun takut karena aku belum mengenal betul kakek itu nah itulah yang membuat aku nenolak ajakannya ” ah mungkin nanti sajakek” jawabku setelah sekian lama berfikir “iya tak apa-apa nak” jawabnya padaku“ oh iya kek sepertinya saya harus segera pulang ini sudah cukup sore”“ ya hati-hati ya nak”Lalu aku ambil tangannya dan kutempelkan pada pipiku lalu ku ucapkan“assalamualaikum”Entah mengapa Sepertinya ia cukup kaget dengan apa yang aku katakan sembari berkata “waalaikum salam”Sesampainya dirumah aku terus berfikir tentang kekek tua itu dan tempat penuh misteri kehidupan yang ia ceritakan padaku, aku seakan bertanya-tanya tempat seperti apa itu? Apa yang ada di dalamnya pertanyaan seperti itu terus mengguliat difikiranku, sebenarnya aku amat penasaran dengan tempat yang kekek tua itu ceritakan padaku.Ke esokan harinya selepas pulang sekolah seperti hari yang lalu aku pun menemui kakek tua itu ditempat aku menemunya hari yang lalu ternyata kakek tua itu tetap ada di tempat yang sama sembari membawa dan memainkan biolanya, namun tak seperti hari yang lalu kalu ini aku sudah tak canggung lagi berada didekat kakek itu, dan hari ini aku memberanikan diriku untuk pergi deengan kakek itu ketempat yang penuh misteri itu yang selalu ia ceritakan padaku. Akhirnya kakek tua itu membawaku ke suatu tempat yang tak jauh dari tempat itu namun tempat ini sungguh berbeda dengan tempat-tempat yang lain yang pernah kutemui sebelunnya tempat itu sungguh dingin, gelap, banyak orang-orang seram disana, sebenarnya aku benar-benar ketakutan dengan semua keadaan disana yang sungguh membuat aku terperanga dengan jutaan sampah yang mengelilingi kehidupan mereka, bau satu kata yang aku katakan ketika aku berada disana, namun kakek tua itu terus membawaku berada jauh dan semakin jauh kedalam daerah yang semakin tak ku kenal, dan kali ini ia membawaku melihat sebuah gubuk-gubuk kecil yang disekelilingnya kembali kulihat gundukan samapah, dan akhirnya langkah kami semakin menyempit dan kali ini kakek tua itu membawa aku kedalam salah-satu gubuk kecil itu yang tak lain itu adalah rumah kekek tua itu. Yang ku lihat didalam memeng tak banyak hanyalah sepasang kursi dengan meja ditengahnya. Di dalam rumah itu aku terdiam sejenak lalu kakek itu memberikan aku secangkir air, lalu ia lantunkan lagu-lagu dari gesekan biolanya, entah mengapa ku benar-benar jatuh cinta pada gesekan biola yang ia mainkan.“kakek kok bisa hidup dilingkungan seperti ini” tanyaku padanyaKakek itu terdiam sejenak, sekan memikirkan apa yang akan ia padaku lalu akhirnya ia menjawab dengan bijak ia berkata bahwa“kehidupan tak semanis permen sayang aku masih patut bersyukur karena aku masih memiliki tempat untuk berlindung, jika kamu melihat diluar sana msih ada orang-oarng yang jauh dari aku, tidur hanya beralaskan tikar, tanpa atap atau apa pun yang ada di rumahku”Sejenak aku terdiam menatap mata kekek tua itu, yang kulihat disana adalah ada sebuah keihlasan kehidupan yang selelu ia pegang dan kali ini aku amat bersyukur karena kau pernah bertemu dengannya. Setelah beberapa lama aku berada di rumah kakek itu lalu kakek membawaku kesuatu tempat yang tak jauh dari rumahnya, disana aku melihat belasan anak yang sedang tertidur pulas dengan als kardus, kakek tua itu seakan ingin berkata bahwa apa yang ia bicarakan bukanlah omong kosong kelaka “kakek” kataku padanya ku tatap mata kakek itu dan jujur aku sangat bingung dengan kelakuan kakek tua itu beberapa hari yang yang lalu seakan bukan ia yang berdiri tegar tegar dihadapanku dengan sejuta keihlasan kehidupan. Setelah itu aku dibawa ke tempat pertama kali kita bertemu, ia memintaku untuk pulang kara pada saat itu waktu telah menunjukan pukul 18:30 waktu yang aku bilang sudar amat malam bagiku “nak sekarang kamu pulang ini sudah terlalu malan untuk anak manis sepertimu lagi pula kakek takut ibu mu mencarimu, satu lagi sayang jika hari ini adalah hari terakhir kita bertemu kakek meminta padamu jadikan hari ini sebagai hari yang pelajaran terindah dihidupmu karena kakek yakin bahwa kau tak akan mendapat5kan ini ditempat yang lain” katanya pada kuDan kali ini aku benar-benar bersyukur karena aku pernah bertemu dengan kekek tua itu dan kali ini aku menatap ia sebagai kakek yang sudah lama aku idam-idamkan dan akhirnya aku peluk ia dan aku berkata “terima kasih kakek untuk pelajaran kehidupan yang kau berikan pada ku benar bahwa aku tak akan mendapatkan pelajaran kehidupan ini ditempat yang lain”Dan akhirnya aku pun pulang kerumahDag-dig-dug suara jantungku terdengar amat kersa, aku benar-benar takutkarena tak pernah aku pulang selarut malam ini dengan alasan yang aku sendiri bias bilang bahwa ini hal yang tak jelas, namun bagai manapun itu aku harus tetap pulang, lalu kulangkahkan kakiku berlahan menuju pagar rumah ku dan kubuka pagar itu dan kulangkahkan kakiku menuju tempat itu sembari berkata “asalamualaikum”Waw disana ternyata ada ibu ku yang mungkin sudah menunggu aku dari tadi, ia benar-benar terlihat amat khawatir dengan aku lalu uia pun bertanya padaku “ adae udah dari mana aja sih kamu jasegini barupulang, bunda telpon dinda dia nga tau kemana kamu sayang “ Tanya bundaku padaku denga semua omong panjangnya, yang sebenarnya aku pun sudah tau bahwa ia pasti akan bertanya itu padaku namun aku tak menjawab pertanyaannya pada ku kerena aku benar-benar tau bahwa jika aku menjawab pertanyaannya pun akhirnya aku tak di izinkan menemui kakek tua itu lagi dan pertimbangan itu lah yang membuta aku terdiam di hadapan bundaku “ ditanya kok malah diem kamu tuh gimana sih ya sudah kekamar sana” kata nya padaku Akhirnya aku pun masuk kedalam kamarku dan malam itu aku benar-benar harus bersikap manis pada semua orang dirumah ku agar aku tetep mendapatkan simpati mereka terlebih bundaku karena aku masih belum ingin memberitaukan tentang kakek dan jalanan tikus itu pada bundaku. Ke kesokan harinya seperti hari biasa aku pergi kesekolah bersama ayah ku Seseampainya disekolah“vivi” terdengar suara yang tak asing lagi ditelingaku ya ia adalah sahabatku “hey” jawabku padanya“kamu kemana aja sih 2 hari ini nga ketemu” Tanyanya padaku ya ia adalah sahabat yang amat dekat dengan aku pantas saja kalau ia selelu khawatir sama seperti ibuku “ kamu yakin mau tau”“ ya iya lah aneh banget sih kamu ““oke gimana kau pulang sekolah aku ajak kamu kesuatu tempat ““Oh oay beneran oke pulang sekolah ya”“ iya” aku kira ia ia pasti berfikir bahwa aku akan membawanya kesuatu tempat yang indah penuh bunga atau mall yang biasa kita temui kalau ada waktu kosong, aku benar-benar takuk jika ia akan kecewa jika aku bawa ia ketempat kakekWaktu pulang sekolah pun tiba sahabat ku sudah menunggu aku didepan kelasku sepertinya ia benar-benar tak sabar kali ini “ah,,,, akhirnya kamu keluar juga udah bulukan nie nunggu kamu disini”Tersenym aku padanya“ tapi beneran mau ikut”“ih,,, kamu tuh gimana sih ya iya lah”“ yaudah deh,,,,, ayo”Ternyata perkiraan ku benar tentang sahabatku yang kaget ketika aku membanya kejalanan tikus itu ia terus bertanya padaku yang membuat kupingku amat pecah mendengar ocehanya padaku“ heh kamu mau bawa aku kemana sih?” tanyanya padakuAku hanyalah tersenyum seakan aku ingin meyakinkan ia bahwa aku adalah sahabatnya yang tak akan menjerumuskan ia ketempat lain, tanpa menjawab pertanyaannya sekali pun. Akhirnya kami pun sampai dirumah kakek “ asalamualaikum kakek”“hah kakek ini apa sih” kata sahabatku“ waalaikumsalam”“ kakek aku cari ke tempat biasa kok nga ada kakek baik-baik ajakan?”“ iaya sayang nga apa-apa loh ini siapa?”Tersenym aku pada kakek “ ooohhhh” seakan ia bias menbaca fikiranku “ ayo masuk sayang”“ heh kamu nga maukan disini terus ayo masuk”Akhirnya sahabatkupun masuk kedalam gubuk kecil kakek, ia melihat sekeliling rumah dengan tatapan bingung dan mata yang amat penuh tanya, setelah aku bawa ia kerumah kakek lalu aku bawa ia ke tempat kakek pernah membawaku sebelunmya, ya tempat itu adalah tempat istimewa bagi para tunawisma“ vivi sekarang aku benar-benar bingung tempat apa ini? Tolong jawab aku!”Aku tersenym padanya dan setelah sekian lama aku bungkan akhirnya aku berbicara padanya.“ kamu ingin tau kan 2 hari ini aku pergi kemana? Ya tempat itu”Setelah aku menjawab pertanyaannya ia sama sekali tak berkata apapun ia hanya terdiam dan akhirnya memelukku, nah sekarang aku malah yang bingun apa yang ia fikirkan tentang tempat ini? Dan aku? Sampai akhirnya ia memelukku Setelah beberapa lama aku dan sahabatku keluar dan masuk ketempat itu akhirnya aku dan kawanku punya hal lain yang lebih berfanfaat ketimbabg kita jalan-jalan di mall yang tak jelas itu ya iatu adalah mengajar mereka kami nengakar mereka membaca, kererampilan, menulis dan banyak hal lain yang kita lakukan bersana. Sekarang orang-orang yang aku anggap seram sudah bias menerima kami tanpa kami harus berlaku seperti mereka. The end

Tidak ada komentar:

Posting Komentar